Analisis PEDOMAN TATA RUANG DAN PERABOT
DAN PERPUSTAKAAN UMUM – BAB 2 : Mendirikan Perpustakaan Umum
Kelompok
2 :
Arnas Miftahul Khuzaini
Dwiantoro Ahmad Pambudi
Adnan Baharsyah
Genero Abyputra
Willy Dwi Agustian
Hagi Helman setiadi
Perpustakaan
umum menurut Sulistyo Basuki (1993 : 46) adalah perpustakaan yang
diselenggarakan oleh dana umum dengan tujuan melayani umum. Tiga hal yang
penting dalam Perpustakaan Umum adalah Akses ke perpustakaan umum, keterkaitan
dengan fungsi lain, dan citra perpustakaan masa kini. Dalam pedoman ini, akses
perpustakaan umum harus mudah dijangkau masyarakat sekitarnya. Penulis menyetujui
hal tersebut karena perpustakaan umum memang harus mudah diakses agar bisa
digunakan masyarkat sekitarnya sehingga perpustakaan bisa bermanfaat dengan
maksimal.
Kehadiran
perpustakaan umum di tengah masyarakat diharapkan membuat daya tarik masyarakat
untuk datang ke perpustakaan. Perpustakaan yang ideal pada dasarnya adalah
sebuah perpustakaan yang mampu memberdayakan masyarakat. Perpustakaan yang
mampu melakukan revolusi minat baca pada masyarakat. Mampu mengubah karakter
masyarakat dari tidak suka membaca menjadi suka membaca. Mengubah masyarakat
tuna informasi menjadi masyarakat yang berliterasi atau melek informasi. Untuk
itu perpustakaan umum harus dibangun sedemikian rupa untuk menarik masyarakat
perlu dibangun dengan memperhatikan akses ke perpustakaan umum.
2.1 Akses Perpustakaan Umum
Perpustakaan
umum merupakan perpustakaan yang memiliki suatu kewajiban dalam melayani
masyarakat yang ada disekitarnya. Perpustakaan umum juga diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan informasi masyarakat. Seperti yang telah dinyatakan dalam UU
No. 43 tahun 2007 mengenai definisi perpustakaan umum adalah perpustakaan yang
diperuntukkan bagi masyarakat luas sebagai sarana “pembelajaran sepanjang hayat
tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status sosial
ekonomi”. Dengan demikian, perpustakaan umum di Indonesia haruslah dapat
menjadi penyandang informasi bagi masyarakat penggunanya. Seperti halnya dalam
memberikan akses informasi kepada masyarakat pengguna. Dalam memberikan akses
informasi, perpustakaan umum haruslah secara teguh memegang prinsip dari
pelayanan akses yang diberikan yaitu terbuka untuk seluruh masyarakat tanpa
adanya pembedaan. Hal ini pun juga diperkuat berdasarkan pada manifesto UNESCO
yang menyatakan bahwa perpustakaan umum harus dapat memberikan akses yang sama
terhadap masyarakat penggunanya.
Sebuah
perpustakaan umum hendaknya mudah dijangkau oleh masyarakat agar banyak yang
dapat mengaksesnya. Penentuan lokasi pembangunan untuk mendirikan perpustakaan
umum harus dipertimbangkan dengan matang agar masyarakat dapat mengunjunginya
dengan mudah dan cepat. Selama ini perpustakaan identik dengan kegiatan membaca
yang membutuhkan suasana tenang sehingga seringkali kriteria utama dalam
penentuan lokasi perpustakaan adalah lokasi yang jauh dari kebisingan atau
keramaian. Hal ini patut disudahi, karena lokasi yang jauh dari kebisingan
umumnya adalah lokasi yang terpencil jauh dari pusat kegiatan masyarakat yang
lain. Menarik minat masyarakat untuk datang ke perpustakaan umum bukanlah hal
yang mudah, apalagi bila perpustakaan ditempatkan di lokasi yang terpencil dan
sulit dicapai. Hal ini membuat masyarakat menjadi sukar untuk datang ke
perpustakaan umum karena sulitnya akses terutama dalam akses yang mudah
terjangkau oleh transportasi umum. Upaya untuk mendorong masyarakat mengunjungi
perpustakaan sudah saatnya dibalik menjadi perpustakaan mengunjungi masyarakat.
Perpustakaan masa kini selayaknya diupayakan agar dapat dengan mudah diakses oleh
masyarakat, sehingga perlu ditempatkan di lokasi yang mudah diakses oleh
masyarakat, baik dengan berjalan kaki maupun dengan transportasi umum.
2.2 Keterkaitan dengan fungsi lain
Fungsi
rekreasi di perpustakaan umumnya berjalan dengan adanya berbagai bahan dan
tempat penyaluran hobi baca yang sifatnya memberikan hiburan kepada para
pengunjung perpustakaan. Padahal fungsi rekreasi itu dapat dikembangkan lebih
luas lagi. Perpustakaan ibaratnya objek wisata, kedua-duanya dapat memberikan
fungsi rekreasi kepada para pengunjungnya. Pengunjung perpustakaan di samping
dapat mencari dan menemukan informasi yang diinginkannya, dapat pula menikmati
rekreasi di perpustakaan.
Dengan
demikian para pengunjung dapat memperoleh hiburan, kesegaran jasmani dan
rohani, serta kenangan yang menyenangkan di perpustakaan. Untuk mengembangkan
fungsi rekreasi di perpustakaan dapat memodifikasi prinsip pengembangan
pariwisata pada umumnya. Perpustakaan dapat mengembangkan tata letak, panorama,
fasilitas umum, kenangan, dan pertunjukkan yang memberikan dampak rekreasi
terhadap pengunjung perpustakaan.
Pengembangan
fungsi rekreasi di perpustakaan berarti melengkapi fungsi utama perpustakaan
agar lebih menarik dan menghibur para pengunjungnya. Para pengunjung diharapkan
tidak hanya gembira berhasil menggali informasi, tapi lebih jauh lagi mereka
akan merasa nyaman, gembira, senang, terhibur, segar, dan mempunyai kenangan
berkunjung ke perpustakaan.
Semua
itu dapat dilakukan melalui modifikasi pengembangan pariwisata rekreasi.
Modifikasi yang dimaksudkan adalah mengambil dan merubah pokok-pokok
pengembangan rekreasi pariwisata yang disesuaikan dengan substansi pelayanan
perpustakaan. Perpustakaan tidak perlu memikirkan rencana perjalanan, saat di
perjalanan, dan akomodasi bagi para pengunjungnya seperti yang diperlukan dalam
perjalanan wisata pada umumnya. Pusat perhatian perpustakaan khusus ditujukan
pada cara-cara pelayanan wisata informasi terhadap para pengunjung di lokasi
perpustakaan.
Maka
dari itu perpustakaan seharusnya memperhatikan fungsi-fungsi lain dari suatu
lingkungan sekitarnya , yaitu :
·
Perpustakaan yang dekat
wilayah perkantoran bisa menyediakan lowongan pekerjaan untuk menarik dan
membantu para pengunjung. Hal ini juga ampuh untuk menarik pengunjung
·
Perpustakaan yang di
dalam mall bisa menjadi alternatif tempat rekreasi bagi pengunjung mall
·
Dan lain-lain
2.3 Citra Perpustakaan
Masa Kini
Dengan
membangun citra perpustakaan berdasarkan sarana dan prasarannya, seperti
icon-icon menarik yang berada di perpustakaan dan bangunan yang “kekinian”
perpustakaan akan mampu diingat sebagai tempat yang menarik, bahkan menjadi
sebuah lanmark bagi sebuah wilayah. Pentingnya bagi sebuah perpustakaan menjadi
landmark sebuah daerah, tentunya perpustakaan yang dimaksud ini merupakan
perpustakaan daerah karena perpustakaan universitas biasanya hanya menjadi
landmark bagi lingkungan civitas academica tersebut.
Citra
perpustakaan masa kini adalah bertumpu pada penampilan dari sisi luar
perpustakaan tersebut. Istilah “instagramable” menjadi menyeruak di masyarakat
era informasi seperti sekarang ini. Dengan citra sebuah perpustakaan yang
katakanlah “kekinian” tentu akan menjadi daya tarik yang mampu memikat kawala
muda yang sudah dipastikan lebih tertarik pada gadget bila dibandingkan dengan
buku-buku. Mereka menganggap bahwa informasi yang ditawarkan oleh internet
lebih baik, lebih cepat dan lebih simple dibandingkan dengan informasi yang
perlu digali di buku-buku secara mendalam. Tentu kita tidak asing dengan
istilah “perpustakaan hanya berisikan mahasiswa semester terakhir yang perlu
menyelesaikan skripsi mereka”.
Citra
itu adalah presepsi/penilaian dari masyarakat. Kesan dari perpustakaan selama
ini adalah sebuah institusi yang membosankan, seperti apa yang dituliskan oleh
penulis dari artikel ini. Citra ini tidak sepenuhnya salah, karena masyarakat
secara umum memaklminya. Apa yang di-citrakan dari perpustakaan selama ini
tidak sepenuhnya salah dari para pustakawan, pemerintah tentunya juga memiliki
tanggung jawab yang besar terhadap citra yang berkembang di masyarakat. Dari
mulai permasalahan kurangnnya anggaran, kurangnya tenaga terampil (banyak yang
bukan merupakan lulusan ilmu perpustakaan namun hanya merupakan pns yang sudah
berumur), dan kurangnya perawatan terahadap sarana dan prasarana.
Dalam
artikel kali ini penulis mempunyai saran yang baik dalam merubah citra
perpustakaan dan mempromosikannya. Penulis memiliki saran untuk membuat
perpustakaan menjadi menarik. Penempatan dari perpustakaan (lokasi) merupakan
hal yang penting, tentunya lokasi yang dekat dengan keramaian terutama yang
dekat dengan civitas academica (daerah pelajar/sekolah/universitas) .Kemudian
dari segi bagaimana cara mengiklankan perpustakaan dari cara memberikan
plang-nama/ rambu-rambu yang memberikan penanda bahwa ada perpustakaan di
daerah tersebut. Seperti misalnya memberikan plang pada jalan, tentunya plang
yang menarik dan di zaman yang modern ini memberikan penanda pada Google Maps
dan ulasan-ulasan yang menarik pada laman google search (membuat blog tentang
perpustakaan tsb) dan membuat ulasan yang menarik juga pada laman google maps.
Dan
lagi permasalahan pada kesan ramah dan terbuka yang ditulis oleh penulis. Yang
paling berpengaruh dalam menanamkan kesan terbuka dan ramah adalah pustakawan
itu sendiri. Pustakwan sekarang ini memang banyak yang bukan merupakan para
ahli, seperti kebanyakan di perpsutakaan perpustakaan institusi permerintahan.
Terkadang mereka dipilih bekerja sebagai pustakawan sebagai sarana “pensiun”
atau karena dinilai sudah kurang dapat bekerja secara baik di institusi
tersebut. Bersyukur sekarang ini banyak universitas negeri yang membuka jurusan
ilmu perpustakaan seperti tempat dimana penulis artikel tanggapan ini berada.
Dengan adanya lulusan ilmu perpustakaan yang terampil dan terlatih ini tentunya
mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi pemustaka. Dengan pelayanan
tersebut tentunya sitgma kesan kurang ramah dan kurang terbuka secara perlahan
lahan akan mulai terhapus. Masyarakat akan merasa terundang untuk mendatangi
perpustakaan seperti apa yang diharapkan oleh penulis dari artikel in yang
dikeluarkan oleh Perpustakaan Nasional.
Kemudian
yang terakhir ada pada bagaimana arsitektur membuat bangunan perpustakaan
ataupun mendesainnya agar jangan terlalu terlihat “sakral” menurut penulis.
Yang penulis maksudkan dari kata sakral disini adalah perpustakaan seolah-olah
terlihat seperti bangunan tua dan kaku yang hanya diisi oleh kalangan pelajar
yang hobi belajar dan tidak “kekinian”. Mudah saja bagi arsitek untuk membangun
perpustakaan seperti yang dibutuhkan oleh jaman sekarang ini. Perpustakaan
hanya memerlukan pendaan yang cukup dari pihak yang bertanggungjawab, seperti pihak
pemerintah terharap perpustakaan daerah. Dengan begitu kenyamanan perpustakaan
bagi masyarakat pun dapat terpenehi dan tentunya desainnya yang menarik dan
inovatif menjadi pilihan terbaik bagi pustakawan demi meningkatkan citra
perpustakaan tersebut.